Oleh : Dania Amani Yapono
Persaingan selalu ada dalam berbagai hal.
Khususnya dalam bisnis. Persaingan yang dituntut adalah persaingan yang sehat
dan sportif. Persaingan timbul baik dari lingkup yang kecil maupun besar, dari
tingkat daerah sampai tingkat internasional. Dengan adanya persaingan tersebut,
seluruh subjek yang ada akan berlomba-lomba meningkatkan kualitas di dalam
dirinya agar menjadi lebih baik dan kompetitif.
Momen dalam waktu dekat ini yang paling berperan
dalam persaingan tersebut adalah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015.
Sekilas penjelasan, bahwa dampak dari terciptanya MEA adalah pasar bebas
di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Memang tujuan
dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas
perekonomian di kawasan SEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah
di bidang ekonomi antar negara ASEAN. Jelaslah, MEA kini sudah di depan mata.
Persiapan seharusnya sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Dengan adanya
free flow (arus bebas) yang mana menjadikan pasar Asia Tenggara bebas dimasuki
ranah manapun tentunya menimbulkan ancaman yang serius bagi profesi-profesi
yang menaungi kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu profesi yang
berperan penting adalah akuntan. Sektor akuntansi adalah elemen yang paling
diperlukan dalam setiap segmen ekonomi. Maka apa yang perlu dilakukan agar para
akuntan mampu menjawab tantangan yang ada. Yang diperlukan adalah peningkatan
baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut
maka demikian hal-hal yang harus dilakukan.
Menjadi Anggota Asosiasi IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia)
Permintaan pasar akan akuntan yang professional
dan ahli saat ini sangat tinggi. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan akuntan berkualitas. Pertumbuhan akuntan di Indonesia relatif
rendah, kalah jauh dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura
yang jauh lebih massif. Data yang ada menunjukkan bahwa untuk akuntan publik
saja pertumbuhannya hanya 4% sementara potensi pasar di Indonesia jauh lebih
besar dari negara lain. Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan
yang diadakan asosiasi tersebut maka kompetensi seorang akuntan akan terasah
dengan baik. Akuntan akan terus ter-update dan mendapat ilmu-ilmu baru.
Pelatihan yang diadakan oleh asosiasi IAI sudah terstandarisasi serta mengikuti
standar etik internasional yang ada. Mengenai konvergensi PSAK ke IFRS
(International Finance Reporting Standard) kini sudah diterapkan oleh beberapa
perusahaan, akuntan maupun mahasiswa jurusan akuntansi. Saat ini juga, standar
pelaporan keuangan yang dewan standarnya (DSAK) ada di IAI, SAK-nya udah 99
persen konvergensi dengan IFRS.
Memiliki Sertifikasi Internasional
Seorang akuntan dapat menjadi akuntan
professional yang dapat bekerja di perusahaan yang besar ataupun luar negeri
dengan mudah ketika memiliki sertifikasi internasional. Sertifikasi
internasional menunjukkan bahwa akuntan tersebut paham betul bagaimana standar
pelaporan yang memenuhi standar bahasa universal. Dia mampu mengenali dan
membuat pelaporan keuangan dengan baik. Suatu perusahaan jelas menginginkan
yang seperti ini. Agar perusahaan besar dapat berekspansi mereka membutuhkan
akuntan yang bisa menyamai standar pelaporan keuangan internasional. Kalau
tidak sama, maka para investor yang luar negeri tidak akan melirik perusahaan
tersebut. Sertifikasi yang dimaksudkan adalah ACCA. ACCA ini singkatan dari
Association of Chartered Certification Accountants, didirikan pada tahun 1904,
merupakan asosiasi global untuk akuntan profesional. ACCA saat ini memiliki 162
ribu anggota dan 428 ribu siswa di 173 negara. ACCA memiliki 91 kantor di
seluruh dunia dan bekerja sama dengan lebih dari 8.500 perusahaan yang diakui
di seluruh dunia. Untuk ujian sertifikasi ini akan diadakan serentak/bersamaan
dengan seluruh negara lain tempat pelatihan ACCA diadakan. Saat ini, ACCA sudah
bekerjasama dengan Universitas Indonesia (UI). Pada saat ini, ACCA sudah
bekerjasama dengan beberapa universitas terkemuka lainnya di Indonesia.
Selain ACCA, ada juga ujian sertifikasi khusus
untuk Akuntansi Manajemen. Biasa disingkat dengan CMA yaitu Certified
Management Accountant dan masih banyak lagi hal serupa lainnya.
Memahami IFRS Secara Komprehensif
Karena PSAK mengkonvergensi IFRS maka dapat
dikatakan juga bahwa seorang akuntan Indonesia harus memahami PSAK dan
konten-kontennya secara menyeluruh. Konsep-konsep yang ada harus dipahami
dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan pelaporan keuangan.
Karena IFRS menjadi acuan universal maka haruslah setiap bagiannya diketahui
dengan benar.
Semua itu harus dilakukan demi terciptanya
akuntan yang professional. Akuntan Indonesia akan siap bersaing serta tidak
terkikis atau bahkan tumbang oleh akuntan dari negara lain. Diharapkan juga,
akuntan Indonesia tidak menjadi seperti “daging segar di depan singa
kelaparan”. Maksudnya adalah akuntan Indonesia tidak semena-mena menjadi
sasaran akuntan dari negara lain (kalah dari mereka) dan jangan sampai diterkam
karena kurangnya daya saing yang dimiliki. Saat ini kita harus optimis dan
yakin bahwa kita mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN bahkan dari
negara-negara maju lainnya. Penulis yakin bahwa akuntan Indonesia yang ada
bahkan bibit-bibit penerusnya (mahasiswa jurusan akuntansi) harus optimis dan
mengikuti serangkaian tahapan untuk mencapai profesionalisme. Siap atau tidak
siap maka harus siap jawabannya. Maka belajarlah dari sekarang sebelum semuanya
terlambat.
Referensi
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015
http://swa.co.id/business-strategy/jelang-mea-2015-akuntan-bersertifikasi-internasional-semakin-dibutuhkan
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=449
_
_
_
Juara 1 Lomba Essay DIRHAM 2015
Days of Internal and External HAMAS
Competition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar