Rabu, 08 April 2015

Memproduksi Akuntan Profesional dan Kompetitif Agar Siap Bersaing di MEA



Oleh : Dania Amani Yapono

Persaingan selalu ada dalam berbagai hal. Khususnya dalam bisnis. Persaingan yang dituntut adalah persaingan yang sehat dan sportif. Persaingan timbul baik dari lingkup yang kecil maupun besar, dari tingkat daerah sampai tingkat internasional. Dengan adanya persaingan tersebut, seluruh subjek yang ada akan berlomba-lomba meningkatkan kualitas di dalam dirinya agar menjadi lebih baik dan kompetitif.

Momen dalam waktu dekat ini yang paling berperan dalam persaingan tersebut adalah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015.  Sekilas penjelasan, bahwa dampak dari terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Memang tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan SEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN. Jelaslah, MEA kini sudah di depan mata. Persiapan seharusnya sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Dengan adanya free flow (arus bebas) yang mana menjadikan pasar Asia Tenggara bebas dimasuki ranah manapun tentunya menimbulkan ancaman yang serius bagi profesi-profesi yang menaungi kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu profesi yang berperan penting adalah akuntan. Sektor akuntansi adalah elemen yang paling diperlukan dalam setiap segmen ekonomi. Maka apa yang perlu dilakukan agar para akuntan mampu menjawab tantangan yang ada. Yang diperlukan adalah peningkatan baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut maka demikian hal-hal yang harus dilakukan.

Menjadi Anggota Asosiasi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)

Permintaan pasar akan akuntan yang professional dan ahli saat ini sangat tinggi. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang membutuhkan akuntan berkualitas. Pertumbuhan akuntan di Indonesia relatif rendah, kalah jauh dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang jauh lebih massif. Data yang ada menunjukkan bahwa untuk akuntan publik saja pertumbuhannya hanya 4% sementara potensi pasar di Indonesia jauh lebih besar dari negara lain. Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diadakan asosiasi tersebut maka kompetensi seorang akuntan akan terasah dengan baik. Akuntan akan terus ter-update dan mendapat ilmu-ilmu baru. Pelatihan yang diadakan oleh asosiasi IAI sudah terstandarisasi serta mengikuti standar etik internasional yang ada. Mengenai konvergensi PSAK ke IFRS (International Finance Reporting Standard) kini sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan, akuntan maupun mahasiswa jurusan akuntansi. Saat ini juga, standar pelaporan keuangan yang dewan standarnya (DSAK) ada di IAI, SAK-nya udah 99 persen konvergensi dengan IFRS.

Memiliki Sertifikasi Internasional

Seorang akuntan dapat menjadi akuntan professional yang dapat bekerja di perusahaan yang besar ataupun luar negeri dengan mudah ketika memiliki sertifikasi internasional. Sertifikasi internasional menunjukkan bahwa akuntan tersebut paham betul bagaimana standar pelaporan yang memenuhi standar bahasa universal. Dia mampu mengenali dan membuat pelaporan keuangan dengan baik. Suatu perusahaan jelas menginginkan yang seperti ini. Agar perusahaan besar dapat berekspansi mereka membutuhkan akuntan yang bisa menyamai standar pelaporan keuangan internasional. Kalau tidak sama, maka para investor yang luar negeri tidak akan melirik perusahaan tersebut. Sertifikasi yang dimaksudkan adalah ACCA. ACCA ini singkatan dari Association of Chartered Certification Accountants, didirikan pada tahun 1904, merupakan asosiasi global untuk akuntan profesional. ACCA saat ini memiliki 162 ribu anggota dan 428 ribu siswa di 173 negara. ACCA memiliki 91 kantor di seluruh dunia dan bekerja sama dengan lebih dari 8.500 perusahaan yang diakui di seluruh dunia. Untuk ujian sertifikasi ini akan diadakan serentak/bersamaan dengan seluruh negara lain tempat pelatihan ACCA diadakan. Saat ini, ACCA sudah bekerjasama dengan Universitas Indonesia (UI). Pada saat ini, ACCA sudah bekerjasama dengan beberapa universitas terkemuka lainnya di Indonesia.

Selain ACCA, ada juga ujian sertifikasi khusus untuk Akuntansi Manajemen. Biasa disingkat dengan CMA yaitu Certified Management Accountant dan masih banyak lagi hal serupa lainnya.

Memahami IFRS Secara Komprehensif

Karena PSAK mengkonvergensi IFRS maka dapat dikatakan juga bahwa seorang akuntan Indonesia harus memahami PSAK dan konten-kontennya secara menyeluruh. Konsep-konsep yang ada harus dipahami dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan pelaporan keuangan. Karena IFRS menjadi acuan universal maka haruslah setiap bagiannya diketahui dengan benar.

Semua itu harus dilakukan demi terciptanya akuntan yang professional. Akuntan Indonesia akan siap bersaing serta tidak terkikis atau bahkan tumbang oleh akuntan dari negara lain. Diharapkan juga, akuntan Indonesia tidak menjadi seperti “daging segar di depan singa kelaparan”. Maksudnya adalah akuntan Indonesia tidak semena-mena menjadi sasaran akuntan dari negara lain (kalah dari mereka) dan jangan sampai diterkam karena kurangnya daya saing yang dimiliki. Saat ini kita harus optimis dan yakin bahwa kita mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN bahkan dari negara-negara maju lainnya. Penulis yakin bahwa akuntan Indonesia yang ada bahkan bibit-bibit penerusnya (mahasiswa jurusan akuntansi) harus optimis dan mengikuti serangkaian tahapan untuk mencapai profesionalisme. Siap atau tidak siap maka harus siap jawabannya. Maka belajarlah dari sekarang sebelum semuanya terlambat.

Referensi
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015
http://swa.co.id/business-strategy/jelang-mea-2015-akuntan-bersertifikasi-internasional-semakin-dibutuhkan
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=449
_
_
_

Juara 1 Lomba Essay DIRHAM 2015
Days of Internal and External  HAMAS Competition.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar