Jumat, 25 Desember 2015

LOVE BASED ACCOUNTING EDUCATION AND HYPERVIEW OF LEARNING

Love based accounting education is a concrete understanding about education interaction based on trust, honesty and to banish doubt and treasons. Love in education should always be directed towards love to Allah SWT. This is Tawhid. By doing this, education will be freed from anthropocentrism, secularism and corporate hegemony. Love Based Accounting Education have consequences on learning process, since it would require Hyper View of Learning. Hyperview of learning added two learning conceptions to six learning conceptions proposed by Rossum and Shenk (1984) and Morton et al (1993) in Byrne and Flood (2004) which are: the increase of knowledge, memorizing, acquistion of facts, abstraction of meaning, an interpretive process and changing as a person, with a self awareness with intuitive process, and an obedience activity in a spiritual way
Pendahuluan
Mulawarman (2006b) menjelaskan bahwa sistem pendidikan akuntansi saat ini telah lepas dari realitas masyarakat Indonesia disebabkan sistem dan konsep pendidikan akuntansi dibawa langsung dari “dunia lain” (baca: Barat) yang memiliki nilai-nilai Indonesia sendiri tanpa kodifikasi dan penyesuaian yang signifikan. Akuntansi merupakan produk yang dibangun dan dikembangkan dari nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dimana akuntansi dan sistem akuntansi dikembangkan (lihat misalnya Hines 1989; Morgan 1989; Tinker 1980; Mulawarman 2006a dan banyak lainnya). Akuntansi dan sistem pendidikan akuntansi mmemang membawavalues (nilai-nilai) “sekularisasi” yang memiliki ciri utama self-interest, menekankanbottom line laba dan hanya mengakui realitas yang tercandra (materialistik).
Konsekuensi nilai sekuler ini lanjut Mulawarman (2006b) telah mengarahkan pendidikan akuntansi dengan tiga karakteristik utama.
Pertama adalah  pendidikan akuntansi sebagai desain ”perangkap hegemoni korporasi” (Mayper et.al. 2005) serta diarahkan untuk “mengisi” peserta didik dalam memahami kepentingan ekonomi (Amernic dan Craig 2004). Kondisi yang berlangsung lama ini kemudian menjadi “dogma” akuntansi yang “universal” dan dilihat sebagai evolusi pendekatan ekonomi positivistik (Truan dan Hughes 2003).
Kedua adalah pandangan pembelajaran yang dijalankan di Indonesia masih didasarkan pada konsepsi pembelajaran reproductive view of learning dan kurang menggunakan konsep “constructive view of learning (Byrne dan Flood 2004).
Ketiga adalah pandangan pembelajaran seperti ini menyebabkan mahasiswa tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah kontekstual dan selalu berubah-ubah. Pendidikan akuntansi dengan pandangan pembelajaran reproduktif jelas tidak dapat melihat pentingnya membekali mahasiswa menjadi pionir-pionir pemberdayaan masyarakat. Mereka menjadi pribadi-pribadi yang asing dengan lingkungannya tetapi lebih akrab dengan dunia bisnis yang bergelimang peredaran dana ratusan miliar per hari di pasar modal.
Berdasarkan tiga masalah utama pendidikan akuntansi tersebut, Mulawarman (2008) kemudian mengusulkan Hyper View of Learning sebagai pusat dari Pendidikan Akuntansi Berbasis Cinta Yang Melampaui (Hiperlove). Mewujudkan pendidikan akuntansi berbasis cinta adalah akuntabilitas-moralitas yang berpusat pada nilai-nilai holistik. Ilmu akuntansi tidaklah melakukan pembatasan ontologis terhadap hal yang mistik dan metafisik yang telah dilakukan oleh Sain Barat/Modern yang menyebabkannya menjadi materialistik. Tetapi yang paling penting adalah melakukan proses integrasi dan sinergi rasio dan intuisi dan menuju nilai spiritual yang dapat memberi kekuatan dalam pengembangan pendidikan. Cinta yang melampaui memberikan konsekuensi-konsekuensi logis dalam pendidikan akuntansi.
Konsekuensi Logis Pengembangan Pendidikan Akuntansi Berbasis Cinta
Bentuk hyper view of learning menurut Mulawarman (2006b) adalah pencerahan dan pembebasan dengan menyetujui perluasan akuntabilitas disamping untuk kepentingan shareholders/market juga terhadap karyawan, pemasok, masyarakat alam, dan Tuhan. Itulah akuntabilitas yang didasarkan cinta sinergis yang egoistis-altruistis dan materialistis-religius. Konsekuensi logis dari akuntabilitas yang diperluas, akan membebaskan sistem pendidikan dari hegemoni korporasi sekaligus memberikan nilai tambah (value added) bagi peserta didik/mahasiswa akuntasi. Lepasnya hegemoni korporasi akan memberikan keluasaan akuntan pendidik mendistribusikan konsep sampai dengan teknik akuntansi yang seimbang, seperti konsep dasar teoritis dan teknik akuntansi berbasis proprietary theory untuk perusahaan kecil, entity theory untuk perusahaan yang memisahkan manajemen dan pemilik/pemegang saham, atau enterprise theory yang mencakup akuntabilitas lebih luas. Lepasnya hegemoni korporasi pada gilirannya menggiring penggalian dan konstruksi dinamis konsep akuntansi bagi akademisi yang jauh lebih luas daripada yang selama ini ada dan didominasi pengembangan akuntansi berbasis entity theory. Nilai tambah akan memberikan pemahaman lebih luas terhadap kepentingan pengambilan kebijakan akuntansi bagi para peserta didik ketika lulus. Bukan melakukan judgement yang di-kooptasi perusahaan, tetapi memiliki empati terhadap selain stockholders di dalam lingkungan intern perusahaan, seperti karyawan, buruh, manajemen misalnya. Empati juga akan muncul terhadap lingkungan eksternal perusahaan seperti pemasok, lingkungan alam dan terutama adalah akuntabilitas pribadinya kepada Tuhan. Pada gilirannya akuntan hasil pendidikan yang bebas hegemoni korporasi meningkatkan ekstensi empati seperti keinginan untuk melakukan pemberdayaan masyarakatnya dengan membuat teknik dan prosedur akuntansi yang bermanfaat bagi perusahaan mikro, kecil dan menengah, koperasi maupun perusahaan berbasis religius tanpa dibayangi rewardmaterial signifikan.
Konsekuensi lainnya lanjut Mulawarman (2006b) adalah pada pembelajaran yang secara normatif tidak lagi ditekankan pembelajaran mahasiswa pada konsepprocedural learning dan surface approach dan juga bentuk konseptual deep approach to learning, tetapi menekankan pembelajaran kesemuanya dan sekaligus melampauinya (hyper). Pelampauan (hyper) dalam pendekatan pembelajaran berdasar enam konsepsi pembelajaran dari Van Rossum dan Schenk (1984) dan Marton et.al. (1993), perlu penambahan dua konsepsi pembelajaran, yaitu pendekatan intuitif dan spiritualitas . Delapan konsepsi pembelajaran (Hyper view of learning) menurut Mulawarman (2006b) adalah sebagai berikut: the increase of knowledge, memorizing, acquistion of facts, abstraction of meaning, an interpretive process and changing as a person, with a self awareness with intuitive process, and an obedience activity in a spiritual way.Konsekuensinya adalah memberikan bekal bagi setiap peserta didik atau mahasiswa akuntansi untuk dapat mengembangkan gagasan, teori, konsep akuntansi yang relatif baru dengan keluasan akuntabilitas, bukan bersifat materi yang terbatas (stockholders dan lingkungan sosial), tetapi juga mengarah pada akuntabilitas lebih luas (alam dan Ilahiah). Konsekuensi logis konsep pembelajaran yang melampaui (hyper) ini kemudian tidak lagi mengutamakan dan melihat metodologi yang digunakan dalam riset akuntansi yang memiliki nilai scientific bila ber-”aroma” obyektif/kuantitiatif/statitistik/positivistik atau lebih menekankan pada riset yang ber-“aroma” subyektif/kualitatif/non-statistik/non-positifistik. Tetapi proses riset dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhannya.

Kamis, 17 Desember 2015

PUISI



Renungan Kenyataan Hidup

Oleh : Izza Pradanaputra

Dalam hidup, tujuan utama kita selalu saja hanya mengejar ASSET semata.
Kadang, cara apapun kita lakukan,seperti cara FRAUD.
Atau menambahkan INTEREST kepada orang yg A/R terhadap kita.
Menimbun GASOLINE dan menjual dengan harga tinggi disaat bbm langka.
Bank Konvensional menarik INTEREST yg besar pada orang yg melakukan NOTE PAYABLE dan lain sebagainya..

Memang, dalam hidup ini semua serba mahal. UTILITY Expense selalu mengalami kenaikan, GASOLINE juga naik-turun, TAX Expense pun makin tinggi. HPP sembako pun naik terus..
sedangkan harus memberi anak gizi yg BALANCE..
SALARY tak naik-naik...
Jadi banyak orang yang makin susah,maka jalan pintas pun ditempuh..

Padahal,Rasulullah mengajarkan menjual COGS untuk mendapatkan GAIN dan INCOME yg besar.
Tentunya dengan usaha dan kesabaran..
Walau terkadang terjadi LOSS, itulah waktunya kita harus AUDIT cara kerja kita..

ISLAMIC ACCOUNTING hadir di dunia ini untuk melakukan sebuah perubahan pada ekonomi dunia.
Mengajarkan tak hanya selalu mengejar ASSET semata,Tak hanya mengejar INCOME yang besar saja.

Tapi mengajarkan nilai-nilai Fiqh pada setiap transaksi..

Semoga pada hari CLOSING,jenazah kita jauh dari noda RIBA dan zat haram lainnya..
dan diisi INVENTORY Pahala dengan banyak bersedekah.. Aamiin :)

Jumat, 11 Desember 2015

“Jejak Akuntan Mengentaskan Krisis”

Profesi akuntan selalu mengemban tanggungjawab besar terhadap kepercayaan dan kebermanfaatan informasi. Dalam kontestasi dinamika interkoneksitas global, publik semakin berharap agenda dan peran keprofesian tersebut semakin optimal di kancah ekonomi yang penuh resiko ketidakpastian dan ketidakstabilan disebabkan adanya asimetris informasi. Akuntan harus membangun kembali brand persona dan brand association positif bahwa mereka bukan bagian dari krisis, tapi justru solusi atas krisis. Mampukah?

Membangun peradaban ekonomi yang lebih baik selalu menjadi jalan tak mudah bagi akuntan. Terlebih bila akuntan memilih  berada di hilir masalah, tertutup, serta pasif dan berdiam diri merespon perubahan zaman. Transformasi keprofesian menuntut akuntan kini berada dalam posisi terdepan pengambilan keputusan, dan bukan lagi pada barisan terbelakang yang semata bertugas hanya mencatat dan membuat laporan keuangan.

Dalam sebuah buku berjudul Six Capital, Can The Accountants Save The Planet tulisan Jane Gleeson White, akuntan diharapkan lebih berani untuk menjadi revolusioner baru dalam kehidupan milennium umat manusia. Dia sebuah harapan alternatif setelah ilmuwan brilian, pemimpin politik, ksatria lingkungan dan kekuatan militer tidak lagi mampu menyelamatkan manusia dalam jangka panjang. Akuntan memperoleh dukungan besar sebagai pahlawan untuk menyelamatkan kehidupan ekonomi dan sosial di muka bumi dari kesenjangan sumber daya antar wilayah. Dia adalah pilihan terakhir, ungkap Jane yang juga merupakan penulis buku Double Entry ini dalam Weekend Fin pada 25-26 Oktober 2014.

Salah satu gagasan strategis dari Jane untuk menghadirkan akuntan sebagai aktor strategis pembangunan global adalah dengan upaya untuk mendorong agar perusahaan modern tumbuh berkesinambungan berbasis penguatan rumusan baru kerangka pelaporan perusahaan dengan penekanan pada enam modal strategis, keuangan, industri, kecerdasan, manusia, sosial dan hubungan, dan modal sumber daya alam.

Secara tidak langsung, Jane sebenarnya memprovokasi akuntan sebagai arsitektur landasan ekonomi dan bisnis dunia. Mereka tidak boleh sebatas menjadi gate keeper di muara dari proses kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk menjadi bagian terdepan dalam proses pengambilan keputusan, maka integritas, profesionalisme dan paradigma baru harus menjadi role model strategis bagi akuntan. Karakter mental tersebut harus dimiliki agar akuntan bisa netral, objektif, dan cakap dalam menganalisa ragam data dan informasi yang bersebaran di jagad publik. Modal tersebut harus dipersiapkan dalam menunjukkan eksistensi akuntan di kancah bisnis, lingkup ekonomi, level pendidikan maupun ranah penerintahan pemerintahan.

Organisasi profesi memegang peranan penting dalam mempersiapkan akuntan kompetitif yang handal di berbagai level, sektor dan masa perekonomian. Mereka berkewajiban memberikan pencerahan etika dan kemampuan praktis agar akuntan semakin berkontribusi dan diapresiasi di tengah masayarakat luas.

Tren statistik aktual menggambarkan optimisme keprofesian di level dunia untuk semakin berkontribusi membangun kinerja perekonomian yang sehat dan berkualitas, menunjukkan tanda-tanda positif. Organisasi akuntan global International Federation of Accountants (IFAC) mengabarkan bahwa pertumbuhan jumlah keanggotaan akuntan mengalami kenaikan  pesat, bahkan bila catatan tersebut ingin dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah pekerja di sejumlah besar wilayah dunia dan kondisi perekonomian pada kurun waktu 2009-2013.

Data tersebut menyebutkan bahwa lebih dari 50% akuntan-akuntan tersebut memberikan kontribusi di lingkup bisnis dan industri, pendidikan serta pemerintahan. Sisanya sebesar 45% memberikan dedikasi peran mereka di dunia praktis. Organisasi akuntan internasional tersebut bahkan untuk pertama kalinya mempredikasikan bahwa jumlah individu yang bekerja di sektor akuntansi maupun fungsi pendukungnya lebih dari tiga kali jumlah anggota mereka yang kini mencapai 2,8 juta orang.
Secara detil hasi penelitian IFAC dari 175 anggota asosiasi di 130 negara menunjukkan bahwa komitmen akuntan untuk menjadi bagian dari asosiasi profesi telah menembus angka 15% pada negara-negara kelompok BRIC (Brazil, Inggris, India dan China) meskipun pertumbuhan tenaga kerja sebatas naik 2,9%.

Tren positif juga terjadi  untuk negara-negara yang tergabung dalam kelompok MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki) dimana pertumbuhan akuntan mendaftarkan diri pada asosiasi profesi telah tumbuh 18% meskipun statistik kenaikan jumlah pekerja cuma merambat 10%. Di negara maju semakin massif lagi jumlah akuntan yang kemudian bergabung bersama organisasi profesi dengan lonjakan mencapai 20%, jauh melampaui kinerja serapan tenaga kerja yang cuma berada di level 2,6%.

Data tersebut tidak hanya memberikan gambaran aktualisasi asosiasi keprofesian di  kalangan akuntan, namun juga sebuah komitmen posistif individu untuk membenahi jati diri dan kompetensi mereka agar dapat berprestasi optimal di ranah bakti mereka. Benang merah paling penting dari studi tersebut tentu saja menunjukkan betapa sektor akuntansi dan fungsi pendukungnya begitu menggoda dan strategis di mata publik, sehingga masa depan keprofesian menjadi semakin cerah.  Bukan sebatas karena kalkulasi kuantitas orang berlomba-lomba menjadi akuntan untuk mengisi pasar tenaga kerja yang tersedia, tapi juga dengan hadirnya akuntan-akuntan kredibel dan reliable  dalam masa cerah dan masam perekonomian dunia.

 Mereka akan berada di barisan terdepan kepemimpinan binis dan pemerintahan yang memberikan solusi kebijakan dan strategi eksekusi untuk mendorong kemajuan bisnis, memberikan pelayanan masyarakat yang  optimal, dan membangun infrastruktur kelembagaan serta kapasitas organisasi yang semakin baik.
“Dalam lingkungan semakin menantang, akuntan yang ahli dan dapat dipercaya telah memberikan bantuan positif di tengah perubahan-perubahan peraturan yang begitu cepat. Penelitian IFAC menegaskan pentingnya profesi akuntan global di masa baik dan kurang baik [perekonomian],” ujar CEO IFAC Fayez Choudhury 13 Oktober 2015 lalu di New York.

Akuntan memang terus berpacu. Mereka tak lagi ingin ketinggalan. Mereka tak ingin sekadar lihai melakukan tanggungjawab teknis, para akuntan pun turut ingin bermain pula di arena strategis. Ini bukan sebatas karena dorongan untuk merengkuh jabatan atau posisi elitis, tapi karena kapasitas akuntan memang laik untuk ditempatkan dan  berkiprah di arena tersebut.
Mereka memiliki kekuatan data dan informasi, kemampuan analisa secara detil, kapasitas intelektualitas memprediksi kecenderungan bisnis dan ekonomi masa depan, serta yang sangat penting memiliki netralitas dan objektifitas untuk berani dalam mengambil keputusan. Keistimewaan-keistimewaan  tersebut adalah modal-modal penting untuk membangun kinerja korporasi dan institusi pemerintah semakin penting dalam tatanan bangsa.

Komitmen kebermanfaaatan di level global dapat terlihat pula dari peran serta mereka untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi penting dalam forum negara G-20, menmbangun sinergitas kebijakan dengan International Monetary Fund (IMF), serta menginisiasi peran Bank Dunia dan Bank Multinasional di level global untuk memperbaiki manajemen keuangan dan infrastruktur pelaporan keuangan negara-negara.
“Akuntan harus mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh profesi akuntansi adalah berperan untuk meningkatkan kualitas publik dan corporate governance. Akuntan harus hadir sebagai katalisator gerakan penguatan governance systems, pemberantasan korupsi, dan tuntutan untuk lebih transparan dan profesional membutuhkan keterlibatan intens profesi akuntan,” ujar Ketua DPN Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Prof. Mardiasmo.

Wakil Menteri Keuangan RI ini mengingatkan profesionalismelah yang mampu mengoversi kekuasaan yang mampu menjadi sumber daya yang memberi manfaat bagi orang banyak. Untuk itu akuntan harus menjadi pionir dan pemimpin dalam penataan governance secara konseptual, aplikatif dan inovatif.
“Akuntan profesional berkontribusi besar menjadi tulang punggung perekonomian nasional untuk membuat negara semakin maju dan bermartabat,” ujarnya di suatu waktu.
Pada kesempatan lain beliau mengingatkan akuntan Indonesia yang berhimpun di IAI senantiasa menjaga reputasi diri dengan memegang teguh prinsip-prinsip dasar keprofesian, seperti integritas, kejujuran, etika, disiplin, bertanggung jawab, berdedikasi dan memiliki independesi.
“IAI berupaya mendorong lahirnya akuntan-akuntan yang bisa dibanggakan leh dunia keprofesian dan bisa memberikan value untuk setiap informasi dan keputusan ekonomi yang bisa menyejahterakan masyarakat luas,” ungkapnya.
Untuk konteks Indonesia, akuntan nasional juga terus membenahi peranan keprofesian untuk mengoptimalkan eksistensi mereka di tengah masyarakat agar dapat menjadi jawaban solusi atas tren krisis di berbagai sektor kebangsaan. Penguatan Integritas dan peningkatan kompetensi menjadi dua isu karakter penting yang senantiasa ditekankan kepada para kalangan akuntan untuk membangun semangat profesionalisme mereka.

IAI sendiri sebagai asosiasi profesi akuntan di Indonesia yang tergabung sebagai anggota IFAC, bahkan telah melaksanakan Statement Membership Obligations (SMOs) & Guidelines IFAC. IFAC telah menetapkan International Education Standards (IES) 7 yang memuat kerangka dasar dan persyaratan minimal untuk memperoleh kualifikasi sebagai seorang akuntan professional dengan meluncurkan Chartered Accountant Indonesia (CA).

IAI berkewajiban untuk mematuhi IES 7 tersebut sebagai panduan utama pengembangan akuntan profesional di Indonesia. Adanya kualifikasi akuntan profesional dengan sebutan CA, diharapkan dapat menjamin dan meningkatkan mutu pekerjaan akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat global.
Penguatan regulasi juga dibarengi dengan mendorong peningkatan kualitas penyusun laporan keuangan. Kompetensi preparer didorong melalui pendidikan professional berkelanjutan (PPL) berkualitas dan sertifikasi keprofesian. Tak hanya itu kalangan keprofesian juga mengharapkan penegakan aturan Kementerian Perdagangan tentang data center laporan keuangan untuk memastikan integrasi dan integritas laporan keuangan berjalan sistematis dan berkesinambungan.
Selain itu, kalangan akuntan juga semakin dituntut untuk membangun mental entrepreneur dalam menjalankan bisnis jasa akuntansi dengan mengedepankan sinergitas jaringan dan strategi marketing unggulan, untuk mengantisipasi peluang pasar. Dalam hal ini konsep bisnis jasa akuntansi diharapakan lebih mengarah pada konsep blue ocean strategy yang saling menguntungkan dan menghidupkan, ketimbang menerapkan red ocean strategy yang bisa saling mematikan sebagaimana teori zero sum game.

Pada sisi lain, akuntan juga mulai berupaya mendorong peran serta pemberdayaan keprofesian dengan  penegakan level regulasi secara konsiten. Setelah berhasil memperoleh pengesahan atas Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara yang telah disahkan pada tanggal 3 Februari 2015, kini akuntan mendorong juga agar Undang-Undang Pelaporan Keuangan (PK) dapat segera dilegalisasi agar otoritas dan ruang gerak keprofesian untuk memastikan informasi berkualitas dam mengantisipasi ancaman krisis semakin dioptimalkan.
Pada akhirnya, langkah-langkah tersebut bertujuan untuk mengentaskan krisis yang melanda di berbagai belahan dunia, pun implikasi laju kemiskinan yang mengancam dan menghawatirkan stabilitas ekonomi dan sosial kemasyarakatan diakibatkan syahwat keserakan dari individu ataupun  kelompok bisnis.
“Selama ini akuntan hanya ditempatkan di belakang. Peranan mereka belum dioptimalkan untuk mencegah krisis. Profesi akuntan akan tetap hidup. Sampai kapanpun akan tetap dibutuhkan,” ujar Ahmadi Hadibroto, IFAC Board Member.
Dengan strategi pembenahan-pembenahan yang terencana sinergis  serta direalisasikan berkesinambungan, kita akan tahu profesi akuntan akan berumur panjang dan menjadi cita-cita terbaik generasi Indonesia. (ETR/ERV/FM)
(Tulisan ini telah terbit di Majalah Akuntan Indonesia Edisi Oktober – November 2015)

http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=1&id=872

"Akuntan Tingkatkan Kemakmuran Ekonomi Bangsa"



Akuntan Profesional menentukan masa depan perekonomian bangsa. Mereka mampu meminimalkan risiko ekonomi yang terjadi akibat  inefisiensi ekonomi yang disebabkan ketiadaan transparansi dan minimnya akuntabilitas.
Demikian dikatakan Wakil Menteri Keuangan RI, Prof. Mardiasmo dalam IAI-IFAC International Seminar bertema “The Relevance of Professional Accountants in a Hyper Connected World,” di Jakarta, baru-baru ini. Seminar ini juga menghadirkan Presiden International Federation of Accountants (IFAC), Olivia Kirtley, serta sejumlah pembicara kunci dari dalam dan luar negeri.
Menurut Mardiasmo yang juga Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) itu, kemajuan kehidupan dunia global yang masih dibayangi dengan dengan kelaparan, kemiskinan, ketidakseimbangan pertumbuhan serta fenomena konflik sosial, menuntut akuntan semakin berperan dalam membangun interkoneksitas perekonomian dunia yang lebih akuntabel dengan semangat profesionalisme, transparansi, kejujuran. Dengan kompetensi dan visi besar terhadap kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik, Akuntan Profesional dapat menjadi pemimpin perubahan di kancah global.
Dia mengemukakan akuntan mendorong akuntabilitas dalam rangka pengelolaan sumber daya ekonomi yang lebih baik. Profesi memastikan informasi berkualitas menjadi dasar bagi pengambilan keputusan pemerintah untuk  mengatasi masalah-masalah ekonomi. Di samping itu, kontribusi profesi ini juga makin penting bagi perkembangan pasar modal global, pengelolaan keuangan publik yang efektif, perbaikan pelayanan publik, hingga peningkatan kemakmuran ekonomi berbagai negara.
Mardiasmo menambahkan tantangan terbesar akuntan adalah mewujudkan atmosfer akuntabilitas dalam seluruh kehidupan masyarakat dunia, agar masalah-masalah sosial masyarakat dapat terselesaikan. Kontribusi akuntan semakin lebih dibutuhkan dari masa-masa sebelumnya. Dan kita membutuhkan lebih banyak akuntan yang menjadi pemimpin untuk membawa perubahan bagi masyarakat.
Dalam laporan yang dipublikasikan International Federation of Accountants (IFAC) bertajuk Nexus 2: The Accountancy Profession-Global Value-Add, disebutkan jika sebuah sistem ekonomi yang lebih maju membutuhkan struktur akuntansi yang dapat menangkap informasi yang relevan tentang produktivitas dan kinerja berbagai sektor. Menurut laporan itu, pembangunan ekonomi dan peningkatan standar hidup sangat dipengaruhi oleh keberadaan profesi akuntansi yang kuat. Ada hubungan kuat antara profesi yang kuat, kemakmuran ekonomi dan meningkatkan standar hidup, termasuk harapan kehidupan yang lebih baik, dan pendapatan yang lebih tinggi.
Kontribusi ekonomi dari ekologi akuntansi global mencapai USD 575 miliar. Organisasi profesi anggota IFAC berkontribusi sekitar USD 248 miliar. Di luar kontribusi langsung ini, akuntan memainkan peran penting di seluruh aspek produksi global dan pertumbuhan di sektor ekonomi. Kontribusi terbesar berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika Utara, walaupun peluang terbesar ada di kawasan lain, termasuk negara-negara emerging economy.
Jumlah akuntan di Indonesia meningkat hingga 18% guna menopang perekonomian yang terus tumbuh stabil. Demikian juga dengan emerging countries lain yang tergabung di dalam MINT (Mexico, Indonesia, Nigeria, dan Turki). Ini memberi keyakinan akan makin besarnya peran akuntan di negara-negara itu, yang akan berimplikasi pada peningkatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat secara masif.
Salah satu aspek penting yang berpengaruh pada pertumbuhan global adalah adanya peningkatan implementasi good governance di berbagai sektor. Karena itulah,  Presiden IFAC, Olivia Kirtley, mendorong para leader untuk memasukkan strong governance ke dalam DNA setiap organisasi. Ia melihat, perekonomian Indonesia kembali menguat pada 2016. Untuk membawa perekonomian Indonesia ke level baru, dibutuhkan governance culture yang kuat. Untuk itulah profesi akuntansi akan memainkan peran pentingnya karena profesi ini telah lama aktif mengadvokasi good governance di berbagai sektor.
Olivia menyebutkan, ada tiga faktor utama yang dibutuhkan untuk membangun governance yang lebih kuat, yaitu peran para eksekutif dan dewan dalam mereformasi corporate governance, adanya kesungguhan dari para pucuk pimpinan organisasi, serta peran para Akuntan Profesional.
Bagi Olivia, Akuntan Profesional dengan kualifikasi yang unik akan sangat membantu dalam proses ini. Peran yang bisa dilakukan antara lain advokasi, dimana Akuntan Profesional bisa menginisiasi penerapan governance di organisasi dan di industri. Selanjutnya melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan melakukan governance review dan mengidentifikasi peluang bertumbuh. Yang tak kalah penting adalah berpartisipasi aktif dalam penerapan governance di berbagai sektor.
Dalam hal inilah, peran penting organisasi profesi menemukan relevansinya. Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi Akuntan Profesional yang diakui memiliki visi untuk menjadi organisasi profesional terkemuka dalam pengembangan pengetahuan dan praktik akuntansi, manajemen bisnis dan publik, yang berorientasi pada etika dan tanggung jawab sosial, dan lingkungan dalam perspektif nasional dan internasional.
IAI memiliki kewajiban untuk meningkatkan peran profesi akuntansi dalam perekonomian, serta untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme akuntan. Ini adalah suatu kebutuhan bagi akuntan untuk memiliki keterampilan yang sesuai dan pengetahuan dalam dunia bisnis yang semakin terhubung hari ini.
Sumber :
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=4&id=865

Kamis, 22 Oktober 2015

Mumas, Pertanda Masa Jabatan Akan Berakhir



(21/10) Acara tahunan Mumas (Musyawarah Mahasiswa) kembali berlangsung. Tema yang diusung kali ini adalah “Melangkah Bersama Menuju Akuntansi Berprestasi”. Masih sama seperti PSAK sebelumnya, panitia diambil dari calon pengurus angkatan 14. Hal ini dilakukan agar bisa mendapat penilaian objektif mengenai kinerja mereka.
Acara dimulai pukul 16:00, agak terlambat dari jadwal yang sudah ditentukan. Untuk mempersingkat acara, pembukaan langsung dipimpin oleh MC Izza Pradana Putra. Untaian puisi dari MC mencairkan suasana yang sebelumnya agak tegang. Setelahnya, Puket I Bid. Akademik, Sugiyarti Fatma Laela, M.Buss, Acc, CMA, memberikan sambutan mengenai beberapa isu-isu yang terpenting saat ini. Sesuai dengan tema, beliau mengemukakan bahwa saat ini proses menuju International Student perlu dilakukan. Hal ini dapat ditempuh dengan berbagai cara. Misalkan, ada situs mengenai Student Association. Disana kita dapat bergabung sambil bertukar informasi mengenai bagaimana kondisi pembelajaran di negara lain. Masih dari sisi eksternal, saat ini sedang digalakkan Exchange Programme. Dari negara tetangga, sudah ada negara Thailand yang menawarkan Summer Course ke salah satu Universitas mereka. Dengan adanya program tersebut maka akan bermanfaat demi terwujudnya akuntansi berprestasi dalam dunia global.
Selanjutnya, acara inti berupa sidang dipimpin oleh Presidium I, II, III (berturut-turut Febriani Fitria, Sri Malvika dan Nayla Adhima). Hal yang dibahas terdiri dari 7 komponen yaitu;
  1. Laporan Pertanggungjawaban
  2. Pemilihan Dewan Pengawas Mahasiswa akuntansi Islam (DPMA) HAMAS
  3. Tata Tertib Musyawarah Mahasiswa
  4. Sidang Pleno AD/ADR
  5. Garis-Garis Besar Haluan Program Kerja HAMAS (GBHPK)
  6. Garis-Garis Besar Haluan Organisasi HAMAS (GBHO)
  7. Pedoman Peraturan Organisasi (PPO)
Pembacaan laporan pertanggungjawaban dibacakan langsung oleh Hadiatullah, Ketua HAMAS 2014/2015. Laporan kemudian “diterima dengan syarat” oleh peserta sidang. Artinya, perlu ditinjau kembali kendala-kendala yang ada. Apakah memang masuk akal atau memang diada-adakan. Jangan sampai hal seperti itu membuat pengurus agak longgar dalam menjalankan proker masing-masing departemen. Tepat pukul 17:32 Laporan Pertanggungjawaban selesai dibacakan dan ditetapkan sah oleh Presidium. Sidang selanjutkan diistirahatkan selama 30 menit untuk ISOMA.
Agenda selanjutnya yaitu pengumuman DPMA 2015/2016. Pada akhirnya, jabatan tersebut diamanahkan kepada Hadiatullah, Hadi Saputra dan Anis Aulia Muslim. Ketiganya kemudian memimpin sidang menjadi Presidium I, II dan III, menggantikan pemimpin sidang sebelumnya. Poin ketiga sampai poin terakhir dilanjutkan oleh DPMA terpilih. Sempat ada beberapa perubahan mengenai AD/ART yang diajukan oleh para peserta sidang. Pemberian interupsi serta saran perbaikan dilakukan menurut tata cara sidang. Baik itu dari segi redaksi maupun perubahan kata-kata yang dianggap tidak sesuai. Pembacaan AD/ART dilanjutkan dengan GBHPK, GBHO dan PPO
Tepat pukul 20:22 Surat Ketetapan mengenai PPO (Pedoman Peraturan Organisasi) disahkan oleh Presidium. Hal tersebut menandai berakhirnya agenda inti pada mumas hari ini. Agenda Mumas hari kedua dilanjutkan dengan Pemilihan Ketua dan Wakil HAMAS Periode selanjutnya. Selamat bagi DPMA yang sudah terpilih. Penasaran siapa yang akan menjadi pemimpin HAMAS masa amanah 2015/2016? Jadi, bagi mahasiswa Akuntansi Islam, jangan lupa untuk hadir serta memberikan suara bagi calon terbaik menurut anda pada Kamis, 22 Okt 2015. (day)

Sabtu, 17 Oktober 2015

Menjadi Akuntan Beretika dengan PSAK

Apa itu PSAK? Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan? Bukan. PSAK disini bukan berarti seperti yang biasa kita ketahui. PSAK adalah Pelatihan Sofskill Anak Akuntansi Islam. Kegiatan yang dibawahi oleh Departemen Litbang ini menjadi sebuah wadah untuk mengajari hal-hal yang mungkin tidak bisa didapatkan ketika di bangku perkuliahan. Melalui pelatihan seperti ini, wawasan mahasiswa akan bertambah mengenai akuntansi di dunia luar maupun pada prakteknya.

PSAK kali ini sudah ketiga kalinya pada masa amanah 2014/2015 dan diadakan pada hari Kamis (15/10/15). Namun ada yang istimewa dari para panitianya. Panitia kali ini bukan dari para pengurus, tapi calon pengurus dari angkatan 14. Istilahnya PSAK edisi ini merupakan tempat magang mereka sebelum benar-benar dipilih secara resmi siapa yang akan menjadi pengurus HAMAS masa amanah 2015/2016. Tema yang diangkat adalah “Etika Dasar Akuntan Islam”.

Acara dimulai pada pukul 13:00 oleh MC Fikri Abdullah dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-QurĂ¡n oleh Muhammad Fadil. Inti acara yang bertempat di Ruang 3.1 ini diisi oleh Sugiyarti Fatma Laela, M.Buss, Acc, CMA, Puket I Bid. Akademik. Beliau menjelaskan 7 kode etik seorang akuntan berdasarkan AAOIFI. Salah satunya adalah reliability, artinya dapat diandalkan baik itu akuntannya maupun informasi yang sudah dihasilkan. Dalam akuntansi manapun etika yang baik diperlukan karena ini menyangkut kelangsungan sebuah institusi/lembaga perusahaan. Kita lihat saja kasus Lehman Brothers yang mengakibatkan keruntuhan ekonomi Amerika beberapa tahun silam. Kasus ini terjadi karena akuntannya tidak memiliki etika yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan.

Islam sendiri belajar dari akhlak Nabi Muhammad SAW yang sangat mengedepankan etika dalam segala aspek kehidupan. Yang kemudian kita terapkan juga dalam ilmu akuntansi. Setelah sesi tanya jawab, beliau mengatakan bahwa perjuangan terhadap perkembangan akuntansi islam terus dilakukan secara bersama-sama oleh para akademisi dan praktisi. Baik itu dari sisi keilmuan maupun dari sisi PSAK Syariah-nya sendiri.

“Saya bersama tim Tazkia sudah berencana membuat Ensiklopedi khusus Akuntansi Syariah. Saya secara khusus mendapat bagian membuat bab mengenai Islamic Capital Budgeting”, tandasnya. Memang usaha keras diperlukan mengingat Tazkia sebagai pioneer Jurusan Akuntansi Islam di Indonesia. Beliau mengingat bahwa akreditasi pertama kali didapat pada tahun 2008. Dengan kampus yang sebegitu kecil, acuan bahan ajar pun masih minim mengenai akuntansi islam. Bahkan salah satu tim assessor yang melakukan pengecekan kala itu, Prof. DR. Gagaring Pagalung, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dari Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa sepanjang sejarah beliau menjadi asesor baru kali ini beliau menemui Jurusan Akuntansi Islam. Sebelum-sebelumnya hanya Jurusan Akuntansi saja tanpa embel-embel syariah.

Pada pukul 14:45 acara ini selesai sekaligus ditutup dengan doa oleh MC. Harapannya, semoga STEI Tazkia sukses melahirkan generasi-generasi mujahid ekonomi islam (akuntansi syariah) di Indonesia. Siapa tahu, 10 tahun ke depan, 15 tahun ke depan Akuntansi Syariah sudah berkembang pesat di tanah air bahkan mendunia. Lihat saja sekarang ini, ekonomi syariah sudah berkembang pesat di negara Ratu Elizabeth, Inggris. Tidak mustahil pula bila dunia akan memandang ekonomi syariah ke depannya. (day)