Jumat, 11 Desember 2015

“Jejak Akuntan Mengentaskan Krisis”

Profesi akuntan selalu mengemban tanggungjawab besar terhadap kepercayaan dan kebermanfaatan informasi. Dalam kontestasi dinamika interkoneksitas global, publik semakin berharap agenda dan peran keprofesian tersebut semakin optimal di kancah ekonomi yang penuh resiko ketidakpastian dan ketidakstabilan disebabkan adanya asimetris informasi. Akuntan harus membangun kembali brand persona dan brand association positif bahwa mereka bukan bagian dari krisis, tapi justru solusi atas krisis. Mampukah?

Membangun peradaban ekonomi yang lebih baik selalu menjadi jalan tak mudah bagi akuntan. Terlebih bila akuntan memilih  berada di hilir masalah, tertutup, serta pasif dan berdiam diri merespon perubahan zaman. Transformasi keprofesian menuntut akuntan kini berada dalam posisi terdepan pengambilan keputusan, dan bukan lagi pada barisan terbelakang yang semata bertugas hanya mencatat dan membuat laporan keuangan.

Dalam sebuah buku berjudul Six Capital, Can The Accountants Save The Planet tulisan Jane Gleeson White, akuntan diharapkan lebih berani untuk menjadi revolusioner baru dalam kehidupan milennium umat manusia. Dia sebuah harapan alternatif setelah ilmuwan brilian, pemimpin politik, ksatria lingkungan dan kekuatan militer tidak lagi mampu menyelamatkan manusia dalam jangka panjang. Akuntan memperoleh dukungan besar sebagai pahlawan untuk menyelamatkan kehidupan ekonomi dan sosial di muka bumi dari kesenjangan sumber daya antar wilayah. Dia adalah pilihan terakhir, ungkap Jane yang juga merupakan penulis buku Double Entry ini dalam Weekend Fin pada 25-26 Oktober 2014.

Salah satu gagasan strategis dari Jane untuk menghadirkan akuntan sebagai aktor strategis pembangunan global adalah dengan upaya untuk mendorong agar perusahaan modern tumbuh berkesinambungan berbasis penguatan rumusan baru kerangka pelaporan perusahaan dengan penekanan pada enam modal strategis, keuangan, industri, kecerdasan, manusia, sosial dan hubungan, dan modal sumber daya alam.

Secara tidak langsung, Jane sebenarnya memprovokasi akuntan sebagai arsitektur landasan ekonomi dan bisnis dunia. Mereka tidak boleh sebatas menjadi gate keeper di muara dari proses kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk menjadi bagian terdepan dalam proses pengambilan keputusan, maka integritas, profesionalisme dan paradigma baru harus menjadi role model strategis bagi akuntan. Karakter mental tersebut harus dimiliki agar akuntan bisa netral, objektif, dan cakap dalam menganalisa ragam data dan informasi yang bersebaran di jagad publik. Modal tersebut harus dipersiapkan dalam menunjukkan eksistensi akuntan di kancah bisnis, lingkup ekonomi, level pendidikan maupun ranah penerintahan pemerintahan.

Organisasi profesi memegang peranan penting dalam mempersiapkan akuntan kompetitif yang handal di berbagai level, sektor dan masa perekonomian. Mereka berkewajiban memberikan pencerahan etika dan kemampuan praktis agar akuntan semakin berkontribusi dan diapresiasi di tengah masayarakat luas.

Tren statistik aktual menggambarkan optimisme keprofesian di level dunia untuk semakin berkontribusi membangun kinerja perekonomian yang sehat dan berkualitas, menunjukkan tanda-tanda positif. Organisasi akuntan global International Federation of Accountants (IFAC) mengabarkan bahwa pertumbuhan jumlah keanggotaan akuntan mengalami kenaikan  pesat, bahkan bila catatan tersebut ingin dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah pekerja di sejumlah besar wilayah dunia dan kondisi perekonomian pada kurun waktu 2009-2013.

Data tersebut menyebutkan bahwa lebih dari 50% akuntan-akuntan tersebut memberikan kontribusi di lingkup bisnis dan industri, pendidikan serta pemerintahan. Sisanya sebesar 45% memberikan dedikasi peran mereka di dunia praktis. Organisasi akuntan internasional tersebut bahkan untuk pertama kalinya mempredikasikan bahwa jumlah individu yang bekerja di sektor akuntansi maupun fungsi pendukungnya lebih dari tiga kali jumlah anggota mereka yang kini mencapai 2,8 juta orang.
Secara detil hasi penelitian IFAC dari 175 anggota asosiasi di 130 negara menunjukkan bahwa komitmen akuntan untuk menjadi bagian dari asosiasi profesi telah menembus angka 15% pada negara-negara kelompok BRIC (Brazil, Inggris, India dan China) meskipun pertumbuhan tenaga kerja sebatas naik 2,9%.

Tren positif juga terjadi  untuk negara-negara yang tergabung dalam kelompok MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki) dimana pertumbuhan akuntan mendaftarkan diri pada asosiasi profesi telah tumbuh 18% meskipun statistik kenaikan jumlah pekerja cuma merambat 10%. Di negara maju semakin massif lagi jumlah akuntan yang kemudian bergabung bersama organisasi profesi dengan lonjakan mencapai 20%, jauh melampaui kinerja serapan tenaga kerja yang cuma berada di level 2,6%.

Data tersebut tidak hanya memberikan gambaran aktualisasi asosiasi keprofesian di  kalangan akuntan, namun juga sebuah komitmen posistif individu untuk membenahi jati diri dan kompetensi mereka agar dapat berprestasi optimal di ranah bakti mereka. Benang merah paling penting dari studi tersebut tentu saja menunjukkan betapa sektor akuntansi dan fungsi pendukungnya begitu menggoda dan strategis di mata publik, sehingga masa depan keprofesian menjadi semakin cerah.  Bukan sebatas karena kalkulasi kuantitas orang berlomba-lomba menjadi akuntan untuk mengisi pasar tenaga kerja yang tersedia, tapi juga dengan hadirnya akuntan-akuntan kredibel dan reliable  dalam masa cerah dan masam perekonomian dunia.

 Mereka akan berada di barisan terdepan kepemimpinan binis dan pemerintahan yang memberikan solusi kebijakan dan strategi eksekusi untuk mendorong kemajuan bisnis, memberikan pelayanan masyarakat yang  optimal, dan membangun infrastruktur kelembagaan serta kapasitas organisasi yang semakin baik.
“Dalam lingkungan semakin menantang, akuntan yang ahli dan dapat dipercaya telah memberikan bantuan positif di tengah perubahan-perubahan peraturan yang begitu cepat. Penelitian IFAC menegaskan pentingnya profesi akuntan global di masa baik dan kurang baik [perekonomian],” ujar CEO IFAC Fayez Choudhury 13 Oktober 2015 lalu di New York.

Akuntan memang terus berpacu. Mereka tak lagi ingin ketinggalan. Mereka tak ingin sekadar lihai melakukan tanggungjawab teknis, para akuntan pun turut ingin bermain pula di arena strategis. Ini bukan sebatas karena dorongan untuk merengkuh jabatan atau posisi elitis, tapi karena kapasitas akuntan memang laik untuk ditempatkan dan  berkiprah di arena tersebut.
Mereka memiliki kekuatan data dan informasi, kemampuan analisa secara detil, kapasitas intelektualitas memprediksi kecenderungan bisnis dan ekonomi masa depan, serta yang sangat penting memiliki netralitas dan objektifitas untuk berani dalam mengambil keputusan. Keistimewaan-keistimewaan  tersebut adalah modal-modal penting untuk membangun kinerja korporasi dan institusi pemerintah semakin penting dalam tatanan bangsa.

Komitmen kebermanfaaatan di level global dapat terlihat pula dari peran serta mereka untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi penting dalam forum negara G-20, menmbangun sinergitas kebijakan dengan International Monetary Fund (IMF), serta menginisiasi peran Bank Dunia dan Bank Multinasional di level global untuk memperbaiki manajemen keuangan dan infrastruktur pelaporan keuangan negara-negara.
“Akuntan harus mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh profesi akuntansi adalah berperan untuk meningkatkan kualitas publik dan corporate governance. Akuntan harus hadir sebagai katalisator gerakan penguatan governance systems, pemberantasan korupsi, dan tuntutan untuk lebih transparan dan profesional membutuhkan keterlibatan intens profesi akuntan,” ujar Ketua DPN Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Prof. Mardiasmo.

Wakil Menteri Keuangan RI ini mengingatkan profesionalismelah yang mampu mengoversi kekuasaan yang mampu menjadi sumber daya yang memberi manfaat bagi orang banyak. Untuk itu akuntan harus menjadi pionir dan pemimpin dalam penataan governance secara konseptual, aplikatif dan inovatif.
“Akuntan profesional berkontribusi besar menjadi tulang punggung perekonomian nasional untuk membuat negara semakin maju dan bermartabat,” ujarnya di suatu waktu.
Pada kesempatan lain beliau mengingatkan akuntan Indonesia yang berhimpun di IAI senantiasa menjaga reputasi diri dengan memegang teguh prinsip-prinsip dasar keprofesian, seperti integritas, kejujuran, etika, disiplin, bertanggung jawab, berdedikasi dan memiliki independesi.
“IAI berupaya mendorong lahirnya akuntan-akuntan yang bisa dibanggakan leh dunia keprofesian dan bisa memberikan value untuk setiap informasi dan keputusan ekonomi yang bisa menyejahterakan masyarakat luas,” ungkapnya.
Untuk konteks Indonesia, akuntan nasional juga terus membenahi peranan keprofesian untuk mengoptimalkan eksistensi mereka di tengah masyarakat agar dapat menjadi jawaban solusi atas tren krisis di berbagai sektor kebangsaan. Penguatan Integritas dan peningkatan kompetensi menjadi dua isu karakter penting yang senantiasa ditekankan kepada para kalangan akuntan untuk membangun semangat profesionalisme mereka.

IAI sendiri sebagai asosiasi profesi akuntan di Indonesia yang tergabung sebagai anggota IFAC, bahkan telah melaksanakan Statement Membership Obligations (SMOs) & Guidelines IFAC. IFAC telah menetapkan International Education Standards (IES) 7 yang memuat kerangka dasar dan persyaratan minimal untuk memperoleh kualifikasi sebagai seorang akuntan professional dengan meluncurkan Chartered Accountant Indonesia (CA).

IAI berkewajiban untuk mematuhi IES 7 tersebut sebagai panduan utama pengembangan akuntan profesional di Indonesia. Adanya kualifikasi akuntan profesional dengan sebutan CA, diharapkan dapat menjamin dan meningkatkan mutu pekerjaan akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat global.
Penguatan regulasi juga dibarengi dengan mendorong peningkatan kualitas penyusun laporan keuangan. Kompetensi preparer didorong melalui pendidikan professional berkelanjutan (PPL) berkualitas dan sertifikasi keprofesian. Tak hanya itu kalangan keprofesian juga mengharapkan penegakan aturan Kementerian Perdagangan tentang data center laporan keuangan untuk memastikan integrasi dan integritas laporan keuangan berjalan sistematis dan berkesinambungan.
Selain itu, kalangan akuntan juga semakin dituntut untuk membangun mental entrepreneur dalam menjalankan bisnis jasa akuntansi dengan mengedepankan sinergitas jaringan dan strategi marketing unggulan, untuk mengantisipasi peluang pasar. Dalam hal ini konsep bisnis jasa akuntansi diharapakan lebih mengarah pada konsep blue ocean strategy yang saling menguntungkan dan menghidupkan, ketimbang menerapkan red ocean strategy yang bisa saling mematikan sebagaimana teori zero sum game.

Pada sisi lain, akuntan juga mulai berupaya mendorong peran serta pemberdayaan keprofesian dengan  penegakan level regulasi secara konsiten. Setelah berhasil memperoleh pengesahan atas Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara yang telah disahkan pada tanggal 3 Februari 2015, kini akuntan mendorong juga agar Undang-Undang Pelaporan Keuangan (PK) dapat segera dilegalisasi agar otoritas dan ruang gerak keprofesian untuk memastikan informasi berkualitas dam mengantisipasi ancaman krisis semakin dioptimalkan.
Pada akhirnya, langkah-langkah tersebut bertujuan untuk mengentaskan krisis yang melanda di berbagai belahan dunia, pun implikasi laju kemiskinan yang mengancam dan menghawatirkan stabilitas ekonomi dan sosial kemasyarakatan diakibatkan syahwat keserakan dari individu ataupun  kelompok bisnis.
“Selama ini akuntan hanya ditempatkan di belakang. Peranan mereka belum dioptimalkan untuk mencegah krisis. Profesi akuntan akan tetap hidup. Sampai kapanpun akan tetap dibutuhkan,” ujar Ahmadi Hadibroto, IFAC Board Member.
Dengan strategi pembenahan-pembenahan yang terencana sinergis  serta direalisasikan berkesinambungan, kita akan tahu profesi akuntan akan berumur panjang dan menjadi cita-cita terbaik generasi Indonesia. (ETR/ERV/FM)
(Tulisan ini telah terbit di Majalah Akuntan Indonesia Edisi Oktober – November 2015)

http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=1&id=872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar