Jakarta, (4/1): Tahun anggaran APBN 2015 telah ditutup per 31 Desember 2015. Menurut Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu RI, target penerimaan negara tahun 2015 mencapai 84,7% dan pengeluaran atau belanja negara sebesar 91,1%. Dari realisasi tersebut, Suahasil mengatakan banyak hal yang dapat dipelajari oleh Pemerintah dalam pelaksanaan APBN pada tahun sebelumnya. “Yang bisa kita lihat dari pelaksanaan APBN 2015 adalah kita harus membuat APBN memberikan manfaat maksimal pada perekonomian. Ketika menjalankan APBN-P 2015, mindsetnyaadalah maksimalkan impactnya” ujar Suahasil.
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa memaksimalkan impact berarti memaksimalkan penyerapan anggaran yang ada. “Meskipun ada potensi pengurangan penerimaan negara, hal tersebut bukan berarti pengeluaran negara juga ikut dipotong. Anggaran harus kita jalankan dan kita serap” tegas Suahasil.
Hingga akhir tahun kemarin, anggaran telah diserap lebih cepat dibandingkan tahun 2014. Belanja modal yang dipakai untuk infrastruktur tahun 2015 berhasil mencapai Rp. 213 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi 50% dibandingkan dengan belanja modal tahun 2014 sebesar Rp. 138 triliun. Untuk belanja modal pada tahun 2016, diperkirakan jumlahnya akan sama dengan belanja modal tahun 2015 yaitu Rp. 213 triliun.
Dalam diskusi bersama berbagai media massa yang diadakan di Ruang Pers Gedung Djuanda I, Kompleks Kementerian Keuangan tersebut, hadir pula Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Resiko, Kemenkeu RI, Robert Pakpahan yang mengungkapkan bahwa terjadi pelebaran defisit pada APBN-P 2015. Pelebaran defisit tersebut dibiayai dari penarikan utang multilateral dan bilateral serta private placement. Kedua sumber pembiayaan ditentukan dengan pertimbangan kondisi pasar yang masih belum stabil. Tercatat untuk bulan Januari 2016, Kementerian Keuangan, berhasil memperoleh pembiayaan sebesar Rp. 63, 485 triliun dengan usaha prefunding atau pembiayaan awal sebelum tahun anggaran berjalan. (IS/GH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar